MEMBACA boleh, MENGAPRESIASI boleh, COPY PASTE? Jangan merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi PLAGIAT! TOLONG HARGAI HAK CIPTA. Selamat membaca :)

Minggu, 14 Juli 2013

(+/-)22 Minggu Kepergianmu.

Aku pernah jadi paling bahagia. Aku pernah dalam keadaan baik-baik saja. Kita pernah merasa bahwa yang aku dan kamu jalani adalah yang selama ini kita cari-cari, kebahagiaan yang nyata meskipun berbeda.
Sudah lewat (+/-)22 minggu sejak kepergian kamu dan ingatanku masih sangat tajam mengenang kita yang dulu pernah ada. Aku pernah kau buat tertawa dalam setiap canda kita, dalam setiap pesan singkat, dan dalam setiap sambungan telepon. Saat itu, aku percaya bahwa kamulah yang kelak akan membukakan mataku tentang cinta, mengubah persepsiku bahwa cinta tak selalu luka dan dusta.
Aku salah mengartikan semuanya. Kupikir perhatianmu sungguh kau tunjukkan untukku. Kukira segala ungkapan dan ucapanmu adalah hal mutlak yang menjadi peganganku. Kuterka bahwa yang selama ini kita jalani adalah kekuatan cinta. Ah, aku begitu cepat menduga. Yang selama ini kuberi nama cinta, hanyalah omong kosong belaka. Yang kukira perasaanmu nyata, ternyata hanya rasa iseng yang pura-pura kau seriusi. Dalam pikiranmu, aku dianggap sebagai medan permainan, tempat kau melarikan kekesalan pada dunia yang tak lagi tunduk pada keinginanmu. Kau perlakukan aku layaknya boneka, kau lumpuhkan hatinya, kau butakan perasaannya, lalu kau atur segalanya. Kau rancang semuanya, hingga mataku buta, hingga teligaku tuli; hingga aku tak bisa membedakan mana cinta dan dusta.
Aku tak tahu, apakah kata sayang yang dulu kau ucapkan dalam setiap percakapan kita, hanyalah bualan yang kaupikir bisa dijadikan bahan candaan? Kamu pernah berjanji, Sayang. Ingatkah? Kalau diizinkan aku mengungkit segalanya, lantas mengapa kau pergi ketika aku sedang cinta-cintanya?
Setelah kepergianmu, kamu tak pernah lagi pulang. Bahkan untuk sekedar tahu kabarku, bahkan untuk mengetahui lukaku; kamu tak mau. Kita berpisah tanpa kata pisah. Kita menjauh tanpa pernah tahu yang sesungguhnya terjadi. Rasanya ingin kukatakan berkali-kali bahwa bukan ini yang kumau, bahwa bukan kepergianmu yang selama ini ku tunggu. Kubiarkan kau terus mendekatiku, kuterima kau dalam keadaan burukmu, kurangkul kau dalam doa; tapi nyatanya kau bikin aku begini,sangat tersiksa. Jika selama ini semua terasa begitu manis, mengapa kau berikan aku sesuatu yang sangat pahit di akhir, Sayang?
(+/-)22 minggu setelah kepergian kamu. Tak banyak berubah. Langitku masih sama, mendungku masih ada. Sakitku masih parah, lukaku masih merah. Hatiku masih lebam, ingatanku masih keram. Kamu datang dan pergi sesuka hati, membiarkanku jadi penonton dalam dramamu. Kamu berganti topeng sesuka hati, membiarkanku kebingungan membedakan dirimu yang sesungguhnya masih begitu abu-abu.
Tak pantas lagi mengharapmu kembali, kamu yang (+/-)22 minggu lalu masih begitu manis, tiba-tiba sekarang jadi begitu sadis. Kamu yang kukenal baik, lugu, dan tak banyak tingkah kini sudah berganti wajah. Aku tak paham pria macam apa yang dulu kucintai. Ketololanku semakin lengkap ketika kutahu, kamu begitu mudah punya yang baru, sementara di sini aku masih sibuk menyembuhkan lukaku. Walau sebenarnya bisa saja aku mendapatkan penggantimu dengan cepat,namun nyatanya aku masih sibuk menyembuhkan luka yang kau beri.
Di antara rasa lelah menunggu, di antara kesabaran merindu; ternyata aku masih berani merapal namamu dalah setiap doaku. Selamat (+/-)22 minggu, Sayang. Kapan pulang?
Harusnya kita tak pernah ada: agar aku tak perlu terluka.

Jumat, 14 Juni 2013

290 Hari

Aku tak pernah sesedih ini. Kukira waktu yang kubutuhkan untuk melupakanmu tak sepanjang ini. Aku salah besar, hari-hari yang kulalui, bersama dengan usaha untuk melupakanmu, ternyata tak menemukan titik temu. Kamu masih jadi segalanya, masih berdiam dalam kepala, masih jadi yang paling penting dalam hati. Maaf, jika segala kejujuranku terdengar bodoh. Sebentar lagi, kamu pasti akan berkata bahwa sikapku berlebihan. Seandainya sekarang aku berada di sampingmu, akan kuceritakan sebuah kisah tentang melupakan dan mengikhlaskan, sungguh dua hal itu bukanlah hal yang mudah.
290 hari harusnya waktu yang sangat cukup untuk menghilangkan perasaan, namun aku tak termasuk dalam pernyataan itu. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan sosokmu masih jadi penunggu, menyergap perhatianku, menguji imanku, dan merontokan kepercayaanku. Tubuhku dingin dan menggigil saat menghadapi perpisahan. Belum kutemukan bisikkan lembut, selembut ketika kamu membisikkan tentang cinta, mimpi, dan harapan-harapan yang dulu ingin kita wujudkan berdua.
Sekali lagi aku katakan, melupakan tak akan pernah mudah. Merelakan yang pernah ada menjadi tidak ada adalah kerumitan yang belum tentu kau tahu rasanya. Aku menulis ini saat aku terlalu lelah dihajar kenangan. Mengapa di otakku; kau tek pernah hilang barang sedetik saja? Perkenalan kita terlalu singkat untuk dibilang cinta dan terlalu dalam jika dibilang ketertarikan sesaat. Aku tak tahu harus diberi nama apa kedekatan kita dulu. Aku tak mengerti mengapa aku yang tak mudah tergoda ini malah begitu saja terjebak dalam perhatian dan tindakanmu yang berbeda. Kamu sangat luar biasa di mataku, dulu dan sekarang; tetap sama.
Dan, aku masih menangisi juga menyesali yang sempat terjadi. Bertanya-tanya dalam hati, mengapa semua harus berakhir sesakit ini? Apa tujuanmu menyakitiku jika dulu kita pernah menjadi belahan jiwa yang enggan saling melepaskan? Aku tak tahu sedang berbuat apa kamu disana. Aku tak lagi tahu kabarmu. Segala ke tidak tahuanku mengantarkanku pada perasaan asing, rindu yang semakin hari semakin berontak. Rindu yang meminta pertemuan nyata. Rindu yang memaksa dua orang yang sekarang berjauhan untuk kembali berdekatan.
Kalau aku berada disampingmu sekarang, ingin rasanya aku mengulang segalanya. Kuperbudak waktu, kehentikan detak jarum jam semauku. Agar yang hadir dalam hari-hariku hanyalah kamu, hanyalah kita, dan hanyalah bahagia tanpa air mata. Seandainya hal itu bisa kulakukan, mungkin sekarang aku tak akan merindukanmu sesering dan sedalam sekarang.
Bisakah kau membantuku untuk memudahkan segalanya? Agar aku bisa terima, bisa mengihklaskan, bisa merelakan dengan sangat gampang! Benarkah semua hanya bualanmu? Betulkah kebersamaan kita kau anggap sebagai permainan? Mengapa aku terlalu bodoh untuk membaca hal itu dari awal? Apa karena kau terlalu berkilau, hingga mataku terlanjur buta dan telingaku seketika tuli, jadi yang kulihat dan kudengar hanya bisikkan harapan yang sebenarnya sungguh bukanlah kenyataan.
Berhenti menyiksa aku dengan segala macam rindu dan kenangan, atau mungkin aku yang menyiksa diriku sendiri karena tak mampu melupakanmu? Ah, sudahlah, aku cuma ingin memberitahu, kita sudah 290 hari berpisah dan berjalan sendiri-sendiri. Jadi, apa kabarmu sekarang? Apakah kamu masih semanis dan semenyenagkan seperti dulu? Ataukah kamu yang sekarang adalah kamu yang tanpa topeng, kamu yang ternyata jauh berbeda dari yang kukira?
Aku benci harus mengakui ini. Aku sering merindukanmu dan memendam perasaanku. Tersiksa dengan angan sendiri, mengiris hati dengan kemauan sendiri. Aku ingin mengaku (dengan sangat terpaksa) bahwa aku masih mencintaimu dan berharap kamu kembali, walaupun hanya untuk menenangkanku dan berkata segalanya akan baik-baik saja.
Kamu ingin kembali? Iya? Masa?
Kamu ingin kembali? Tidak? Oke?

Sabtu, 08 Juni 2013

1 Tahun, 12 Bulan, 52 Minggu lebih sehari, 365 Hari, 8760 Jam, 3197400 Detik..Setelah KepergianMu

"Dan semenjak ada dia, kamu bukan kamu yang seperti dulu. Tiada lagi kisah indah. Meskipun engkau telah pergi mungkin takkan kembali aku disini, tetap disini sayangku. Aku masih rindu padamu. Aku masih sayang padamu, meski kini cintamu bukan aku" - sing.
Aku menulis ini ketika aku sadar tak akan ada yang bisa dikembalikan seperti dulu lagi. Aku menulis ini ketika aku berpikir bahwa disana kamu pasti telah menemukan seseorang yang baru. Seseorang yang bisa mencintaimu, memahamimu, dan mengerti keinginanmu lebih baik daripada aku. Mungkin, rendahnya kepekaanku dan tingginya keegoisanku membuat kamu pergi dan menjauh. Seandainya, bisa kuputar kembali waktu, aku tidak akan membiarkanmu pergi dan akan menahanmu sampai Tuhan bosan melihat usahaku.
Aku mulai mencintaimu, mulai membiasakan diri akan kehadiranmu, dan mulai percaya yang kau rasakan juga adalah cinta. Setiap kau sapa aku dan setiap tatap matamu menyentuh hangat tatap mataku; aku percaya ini cinta. Dulu, aku takut mengartikan kata-katamu dan segala kalimat-kalimat manis itu adalah salah satu respon bahwa kau juga punya rasa yang sama.
Pada akhirnya aku sadar, aku hanya pelarian tempat kamu meletakkan kecemasan. Aku hanyalah persinggahan, ketika kamu lelah untuk berjalan. Dulu, aku tak ingin mendengar semua perkataan teman-temanku. Aku mencoba tutup telinga pada setiap bisikkan yang mereka lontarkan. Aku tak menyangka jika orang yang begitu halus membisikan cinta, begitu manis mengucapkan rindu, dan begitu mudah berkata sayang adalah orang yang harusnya dari awal tidak kupercayai gerak-geriknya.
Kamu tak tahu betapa aku begitu tergoda akan kehadiranmu. Kamu tak sadar betapa aku ingin sebuah penyatuan, meskipun kita berbeda. Kamu tak paham betapa cinta mulai mengetuk pintu hatiku dan aku mulai mengizinkan kamu berdiam disana. Sungguh bodoh. Mengapa begitu mudah menjatuhkan air mata untuk kamu yang tak pernah menangisiku? Mengapa rindu begitu sialan karena menjadikanmu sosok yang paling sering kusebut dalam doa? Mengapa cinta begitu tak masuk akal ketika perkenalan singkat kita berujung pada hal yang tak kuduga? Kau tak tahu betapa sulitnya melupakan perasaan yang sudah melekat, betapa tidak mudahnya menghilangkan kamu dari hati dan otakku. Cinta ini datang begitu mudah dan entah mengapa membenci begitu susah.
Kalau kau ingin tahu seberapa dalam perasaanku, cinta ini seperti air laut yang enggan surut. Aku telah tenggelam, sementara kamu yang berada di pesisir pantai hanya bisa melambaikan tangan dan menertawakan kesesakanku. Apa yang bisa kau anggap lucu dari perasan ini? Mengapa kau begitu mudah menjadikan perasaanku sebagai candaan yang kau pikir bisa membuatku tertawa?
Sinaran pesonamu, membutakan segalaku. Begitu mudah aku terjebak bayang-bayang yang kupikir nyata. Begitu gampangnya aku terjerumus pada kesemuan yang tak pernah jadi kenyataan. Harus kularikan kemana cinta yang semakin dalam ini? Harus kubuang kemana rindu yang tiba-tiba sering berujung air mata ini? Haruskah aku bilang padamu, dengan mata yang sembab, dengan rambut yang beratakkan, dengan wajah yang begitu lelah.....hanya untuk memintamu kembali?
Pertanyaan tentang perasaanku telah terjawab, walau tak kau jawab secara langsung. Kau tak punya perasaan sedalam yang kuberikan, kau tak merindukanku sesering aku merindukanmu, dan kau tak ingin menjadikanku pertama. Ah, pernahkah kau rasakan menjadi sosok yang selalu diletakkan dinomor sekian? Yang tetap mencintai walau disakiti? Yang tetap mengabdi walau dilukai?
Seandainya semua bisa kembali seperti dulu lagi. Mungkin aku tak akan sesedih ini, tak akan seberantakkan ini, dan tak akan segila ini.
Kalau kau ingin pergi, maka pergilah. Tapi berjanjilah padaku: aku adalah perempuan yang terakhir kau sakiti. Setelah ini, pergilah pada ibumu dan cintai beliau dengan ketulusan, sehingga kau bisa belajar mencintai perempuan lain dengan ketulusan yang sama. Katakan padaku, kau akan menganggap kata sayang adalah kata yang sakral, sehingga tak akan kamu ucapkan hanya untuk menyakiti perasaan seorang perempuan. Katakan padaku, jika kau tak mampu melakukan semua hal itu, aku bisa bantu kamu. Tapi, kamu kembali dan mau kuajak saling memahami.
Suata saat nanti, kita akan bertemu dengan kebahagiaan masing-masing. Kau merangkul kekasih barumu dan memperkenalkannya padaku, Aku menggenggam erat jemari kekasihku yang berhasil menghapus mendung dihari-hariku. Lalu, kita menertawakan masa lalu, betapa dulu aku dan kamu pernah begitu lucu.
Kemudian, lukaku bisa kau jadikan materi stand upcomedy-mu, tertawakan aku sepuasmu. Setelah itu kumasukan kau dalam sebuah tulisan; kusiksa kamu sampai jera, kubiarkan kau jadi tokoh yang tertawa lebih dulu tapi menangis sekencang-kencangnya diakhir cerita.
Terimakasih untuk tawa yang kau titipkan pada setiap candaanmu diujung malam. Terimakasih juga kau telah memperkenalkanku angka favorite mu, angka 8 dan asal kau tahu ya aku jadi sering dihantui angka itu. Sekarang aku sadar, betapa sosok yang pernah membuatku tertawa paling kencang juga adalah pria yang bisa membuatku menangis paling kencang. TERIMA KASIH :)

Kamis, 16 Mei 2013

Karena Ku Cinta Kau

Jika ada yang bilang ku lupa kau, jangan kau dengar. Jika ada yang bilang ku tak setia, jangan kau dengar. Bila ada yang bilang ku tak baik, jangan kau dengar. Bila ada yang bilang ku berubah, jangan kau dengar. Banyak cinta yang datang mendekat, ku menolak karena kau yang aku inginkan. Semua itu karena ku cinta kau.
Saat ku ingat kau, belum tentu kau ingat aku. Saat ku rindu belum tentu kau juga rasa. Kau tahu ku slalu ingin denganmu. Ku pastikan yang terbaik yang bisa ku lakukan, Tuhan pun tahu ku cinta kau.
Jika kau tak percaya pada ku, sedihnya aku. Jika kau lebih dengar mereka, sakit hatiku
Banyak cinta yang datang mendekat, ku menolak. Semua itu karena ku cinta kau

Sang Mantan

Dulu aku kau puja. Dulu aku kau sayang. Dulu aku sang juara yang selalu engkau cinta. Kini roda telah berputar. Kini aku kau hina. Kini aku kau buang jauh dari hidupmu. Kini aku sengsara. Roda memang telah berputar.
Mana janji manismu mencintaiku sampai mati? Kini engkau pun pergi saat ku terpuruk sendiri. Akulah sang mantan. Sakit teriris sepi, ketika cinta telah pergi.
Mana janji manismu mau menyatu dalam pernikahan?
Mana janji-janjimu?? hei mana janji-janji mu? TEPATIN DONG AKU MASIH INGET SEMUANYA LOH! :)

Sabtu, 11 Mei 2013

Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku?

Kamu pernah menjadi bagian hari-hariku. Setiap malam, sebelum tidur, kuhabiskan beberapa menit untuk membaca pesan singkatmu. Tawa kecilmu, kecupan berbentuk tulisan, dan canda kita selalu membuatku tersenyum diam-diam. Perasaan ini sangat dalam, sehingga aku memilih untuk memendam.
Jatuh cinta terjadi karena proses yang sangat panjang, itulah proses yang seharusnya aku lewati secara alamiah dan manusiawi. Proses yang panjang itu ternyata tak terjadi, pertama kali melihatmu; aku tahu suatu saat nanti kita bisa berada di status yang lebih special. Aku terlalu penasaran ketika mengetahui kehadiranmu mulai mengisi kekosongan hatiku. Kebahagiaanku mulai hadir ketika kamu menyapaku lebih dulu dalam pesan singkat. Semua begitu bahagia....dulu sebelum negara api menyerang.
Aku sudah berharap lebih. Kugantungkan harapanku padamu. Kuberikan sepenuhnya perhatianku untukmu. Sayangnya, semua hal itu seakan tak kau gubris. Kamu disampingku, tapi getaran yang kuciptakan seakan tak benar-benar kau rasakan. Kamu berasa didekatku, namun segala perhatianku seperti menguap tak berbekas. Apakah kamu benar tidak memikirkan aku? bukankah kata teman-temanmu, kamu adalah perenung yang seringkali menangis ketika memikirkan sesuatau yang begitu dalam? Temanmu bilang, kamu melankolis, senang memendam, dan enggan bertindak banyak. Kamu lebih senang menunggu. Benarkah kamu memang menunggu? Apalagi yang kau tunggu jika kau sudah tahu bahwa aku mencintaimu?
Tuan, tak mungkin kau tak tahu ada perasaan aneh di dadaku. Kekasihku yang belum sempat kumiliki, tak mungkin kau tak memahami perjuangan yang kulakukan untukmu. Kamu ingin tahu rasanya seperti aku? Dari awal, ketika pertama kali kita berkenalan, aku hanya ingin melihatmu bahagia. Senyum mu adalah salah satu keteduhan yang paling ingin kulihat setiap hari. Dulu, aku berharap bisa menjadi salah satu sebab kau tersenyum setiap harinya, tapi ternyata harapanku terlalu tinggi.
Semua telah berakhir. Tanpa ucapan pisah. Tanpa lambaian tangan. Tanpa kau jujur mengenai perasaanmu. Perjuanganku terhenti karena aku merasa tak pantas lagi berada di sisimu. Sudah ada seseorang yang baru, yang nampaknya jauh lebih baik dan sempurna dari pada aku. Tentu saja, jika dia tak sempurna-kau tak akan memilih dia menjadi satu-satunya bagimu.
Setelah tahu semua itu, apakah kamu pernah minilik sedikit saja perasaanku? Ini semua terasa aneh bagiku. Kita yang dulu sempat dekat, walaupun tak punya status apa-apa, meskipun berada dala ketidakjelasan, tiba-tiba menjauh tanpa sebab. Aku yang terbiasa dengan sapaan mu di pesan singkat harus (terpaksa) ikhlas karena akhirnya kamu sibuk dengan kekasihmu. Aku berusaha memahami itu. Setiap hari. Setiap waktu. Aku berusaha meyakini diriku bahwa semua sudah berakhir dan aku tak boleh lagi berharap terlalu jauh.
Tuan, jika aku bisa langsung meminta kepada Tuhan, aku tak ingin perkenalan kita terjadi. Aku tak ingin mendengar suaramu ketika menyebutkan namaku. Aku tak ingin membaca pesan singkatmu yang lugu tapi manis. Sungguh, aku tak ingin segala hal manis itu terjadi jika pada akhirnya kamu menghempaskan aku sekeji ini.
Kalau kau ingin tahu bagaimana perasaanku, seluruh kosakata dalam milyaran bahasa tak mampu mendeksripsikan. Perasaan bukanlah susunan kata atau kalimat yang bisa dijelaskan dengan definisi dan arti. Perasaan adalah ruang paling dalam yang tak bisa tersentuh hanya dengan perkataan dan bualan. Aku lelah. Itulah perasaanku. Sudah kau pahami? Belum. Tentu saja. Apa pedulimu padaku? Aku tak pernah ada dalam matamu, aku selalu tak punya tempat dalam hatimu.
Setiap hari, setiap waktu, setiap aku melihatmu dengannya; aku selalu berusaha menganggap semua baik-baik saja. Semua akan berakhir seiring berjalannya waktu. Aku membayangkan perasaanku yang suatu saat nanti pasti akan hilang, aku memimpikan lukaku akan segera kering, dan tak ada lagi hal-hal penyebab aku menangis setiap malam. Namun... sampai kapan aku harus terus mencoba?
Sementara ini saja, aku tak kuat melihatmu menggenggam jemarinya. Sulit bagiku menerima kenyataan bahwa kamu yang begitu kucintai ternyata malah memilih pergi bersama yang lain. Tak mudah meyakinkan diriku sendiri untuk segera melupakanmu kiemudian mencari penggantimu.
Seandainya kamu bisa membaca perasaanku dan kamu bisa mengetahui isi otakku, mungkin hatimu yang beku akan segera mencair. Aku tak tahu apa salahku, sehingga kita yang baru saja kenal, baru saja mencicipi cinta, tiba-tiba terhempas dari dunia mimpi ke dunia nyata. Tak penasarankah kamu pada nasib yang membiarkan kita kediginan sendirian tanpa teman atau kekasih?
Aku menulis ini ketika mataku tak kuat lagi menangis. Aku menulis ini ketika mulutku tak mampu lagi mengeluh. Aku mengingatmu sebagai sosok yang pernah hadir, meskipun tak pernah benar-pernah tinggal. Seandainya kau tahu perasaanku dan bisa membaca keajaiban dalam perjuanganku, mungkin kamu akan berbalik arah--memilihku sebagai tujuan. Tapi, aku hanya persinggahan, tempatmu meletakan segala kecemasan, lalu pergi tanpa janji untuk pulang.
Semoga kau tahu, aku berjuang, setiap hari untuk melupakan mu. Aku memaksa diriku agar membencimu, setiap hari, ketika kulihat kamu bersama kekasih barumu. Aku berusaha keras, setiap hari, menerima kenyataan yang begitu kelam.
Bisakah kau bayangkan rasanya jadi orang yang setiap hari terluka, hanya karena ia tak tahu bagaiman perasaan orang yang dicintainya? Bisakah kau bayangkan rasanya jadi aku yang setiap hari melihatmu bahagia dengannya?
Bisakah rasanya jadi seseorang yang setiap hari menahan tangisnya agar tetap terlihat baik-baik saja?
Kamu tidak bisa. Tentu saja. Kamu tidak perasa.

Kamis, 18 April 2013

Un-Break My Heart.

Don’t leave me in all this pain. Don’t leave me out in the rain. Come back and bring back my smile. Come and take these tears away, I need your arms to hold me now. The nights are so unkind, bring back those nights when I held you beside me.
Un-break my heart, say you’ll love me again. Un-do this hurt you caused when you walked out the door and walked outta my life. Un-cry these tears, I cried so many nights. Un-break my heart, my heart Take back that sad word good-bye. Bring back the joy to my life. Don’t leave me here with these tears, come and kiss this pain away. I can’t forget the day you left. Time is so unkind and life is so cruel without you here beside me.
Don’t leave me in all this pain
Don’t leave me out in the rain
Bring back the nights when I held you beside me
Un-break my heart, baby. Come back and say you love me. Un-break my heart, Sweet darlin’ without you I just can’t go on, can’t go on.

I Have Nothing.

Share my life, take me for what I am cause I’ll never change all my colours for you. Take my love, I’ll never ask for too much just all that you are and everything that you do.
I don’t really need to look very much further. I don’t want to have to go where you don’t follow. I won’t hold it back again, this passion inside. Can’t run from myself. There’s nowhere to hide, your love I’ll remember forever.
Don’t make me close one more door, I don’t wanna hurt anymore. Stay in my arms if you dare or must I imagine you there. Don’t walk away from me…I have nothing, nothing, nothing, If I don’t have you.
You see through, right to the heart of me. You break down my walls with the strength of you love. I never knew love like I’ve known it with you. Will a memory survive, one I can hold on to.

HOW DO I...

How do I, get through the night without you? If I had to live without you, what kind of life would that be? Oh, I need you in my arms, need you to hold. You're my world, my heart, my soul. If you ever leave, baby you would take away everything good in my life and tell me now, How do I live without you? I want to know. How do I breathe without you? if you ever go. How do I ever, ever survive? How do I, how do I, oh how do I live?
Without you, there'd be no sun in my sky, there would be no love in my life, there'd be no world left for me, and I, baby I don't know what I would do. I'd be lost if I lost you, if you ever leave, baby you would take away everything real in my life.
And tell me now, how do I live without you? I want to know. How do I breathe without you? If you ever go. How do I ever, ever survive? How do I, how do I, oh how do I live? Please tell me baby, how do I go on? if you ever leave. Baby you would take away everything, I need you with me. Baby don't you know that you're everything, Real in my life?
Please tell me now,
How do I live without you? I want to know.
How do I breathe without you? If you ever go
How do I ever, ever survive?
How do I, how do I, oh how do I live?
How do I live without you?
How do I live without you baby?

Senin, 08 April 2013

Aku Tak Minta Banyak Hal, Tuhan.

Tuhan....Selamat pagi, selamat siang, atau selamat sore, dan selamat malam. Aku tak tahu disurga sedang musim apa, penghujan atau kemaraukah? Ataukah mungkin sekarang sedang turun salju? Pasti indah. Kalau boleh berbincang sedikit, aku belum pernah melihat salju. Mungkin, kalau aku sudah cukup dewasa dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri, aku akan menyaksikan salju, dengan mata kepala ku sendiri.
Aku tahu kamu tak pernah sibuk. Aku tahu kamu selalu mendengar isi hatiku meskipun kamu tak segera memberi pukpuk di bahuku. Aku tak perlu curiga padaMu, soal kamu mendengar doaku atau tidak. Aku percacay telingaMu selalu tersedia untuk siapapun yang percaya padaMu. Aku yakin pelukanMu selalu terbuka bagi siapapun yang lelah pada dunia yang membuatnya menggigil. Aku mengerti tanganMu selalu siap menyatukan kembali kepingan-kepingan hati yang patah.
Masih tentang hal yang sama, Tuhan. Aku belum ingin ganti topik. Tentang dia. Seseorang yang selalu kuperbincangkan sangat lama bersamaMu. Seseorang yang selalu kusebut dalam setiap frasa kata ketika aku bercakap panjang denganMu.
Aku sudah tahu, perpisahan yang Kau ciptakan adalah sesuatu yang terbaik untukku. Aku mengerti kalau Kamu sudah mempersiapkan seseorang yang jauh lebih baik darinya. Tapi... bukan berati aku harus absen menyebut namanya dalam doaku bukan?
Nah... kalau yang ini, aku juga sudah tahu. Dia sudah menemukan penggantiku, entah lebih baik atau lebih buruk dariku. Atas alasan apapun, aku harus turut bahagia mendengar berita itu, karena ia tak perlu merayakan kesedihannya seperti yang aku lakukan beberapa hari terakhir ini. Seiring mendapatkan penggantiku, ia tak perlu merasa galau ataupun merasa kehilangan. Sungguh... aku tak pernah ingin dia merasakan sakit seperti yang kurasakan, Tuhan. Aku tak pernah tega melihat kecintaanku terluka seperti luka yang belum juga kering didadaku. Aku hanya ingin kebahagiaannya terjamin olehMu, dengan atau tanpaku.
Tolong kali ini jangan tertawa, Tuhan. Aku tentu saja menangis, dadaku sesak ketika tahu semua berlalu begitu cepat. Apalagi ketika dia menemukan penggantiku hanya dalam hitungan bulan. Aku memang tak habis pikir. Padahal, aku sedang menikmati perasaan bahagia yang meletup pelan-pelan itu. Bukannya ingin berpikir negatif, tapi ternyata setiap manusia punya topengnya masing-masing. Ia berganti-ganti peran sesukanya. Sementara aku belum cukup cerdas untuk mengerti wajah dan kenampakan aslinya. Aku hanya melihat segala hal yang ia tunjukan padaku, tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ada dalam hatinya. Aku tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Bagaimana hubungannya dengan gebetan barunya. Aku tak terlalu ingin mengurusi hal itu. Aku yakin dia pasti bahagia, karena begitu mudah mendapatkan penggantiku.
Aku percaya dia sedang dalam titik jatuh cinta setengah mati pada gebetan nya dan tidak lagi membutuhkan aku dalam helaan nafasnya. Permintaan yang sama seperti kemarin, Tuhan. Jagalah kebahagiaannya untukku. Bahagiakan dia untukku. Senyumnya adalah segalanya yang kuharapkan. Bahkan, aku rela menangis untuknya agar ada lengkungan senyum di bibirnya. Aku ingin lakukan apapun untuknya, tanpa melupakan rasa cintaku padaMu. Aku memang tak menyentuhnya. Tapi... dalam jarak sejauh ini, aku bisa terus memeluknya dalam doa.
Pernah terpikir agar aku bisa terkena amnesia dan melupakan segala sakit yang pernah kurasa. Agar aku tak pernah merasa kehilangan dan tak perlu menangisi sebuah perpisahan. Rasanya hidup tak akan rumit jika setiap orang mudah melupakan rasa sakit dan hanya mengingat rasa bahagia. Namun... aku tahu hidup tak bisa seperti itu, Tuhan. Harus ada rasa sakit agar kita tahu rasa bahagia. Tapi, bagiku rasa sakit yang terlalu sering bisa membuat seseorang menikmati yang telah terjadi. Itu dalam persepsiku lho, Tuhan. Kalau pendapatMu berbeda juga tak apa-apa.
Aku memang tak perlu meratap, karena sepertinya ia bahagia bersama gebetan berunya. Ia pasti telah menemukan dunia baru yang indah dan menyenagkan. Aku turut senang jika hal itu benar, kembali pada bagian awal, Tuhan. Aku tak ingin dia merasakan sakitnya perpisahan, seperti yang aku rasakan.
Kembali pada bagian awal. Aku hanya ingin ia bahagia. Cukup.

Untuk Teman Saya. "Beda Cinta, Setipis Keyakinan"

Saya mengingat lagi cerita teman saya. Saya hanya mampu menepuk bahunya berkali-kali dan hanya mampu mengucapkan kata "sabar". Baru beberapa hari saya temui dia disuatu tempat. Jujur, perasaan saya masih terbebani oleh cerita yang ia ungkapkan. Tentang hubungannya, tentang mantan kekasihnya, yang jauh dari kata normal. Iya, mereka berbeda. tidak sama seperti orang lainnya.
Ketika ia bercerita dengan menggunakan air mata, saya tahu bahwa beban yang ia pikul sangatlah berat. Air mata yang saya lihat hari Sabtu kemarin adalah luapan emosinya yang sempat tertahan. Saya bisa rasakan sakit yang memukul-mukul perasaannya. Tapi, dalam duka, masih terselip kebahagiaan yang mampu ia ceritakan pada saya, walau dengan suara tertatih, walau dalam helaan nafas lirih.
Jatuh cinta adalah dua kata yang sulit dijelaskan. Tidak terdefinisikan. Soal hati, kata-kata seakan tak ahli untuk memaparkan juga mendeskripsikan. Saya tidak akan berbicara tentang cintan juga tentang mimpi omong kosongyang diciptakan saat hadirnya cinta. Ini semua soal kenyataan, soal dunia yang begitu klise. Agama.
Air mata memang sia-sia, karena yang dibutuhkan disini adalah kedewasaan. Semua berawal manis dan indah. Teman saya, awalnya memang becerita dengan senyum sumringah. Ia berkenalan dengan seorang pria, secara tidak sengaja. Tentu saja, kita seringkali menggangap banyak hal terjadi karena kebetulan. Kebetulan mungkin adalah rencana Tuhan yang belum benar-benar kita pahami.
Tatapan mereka saling beradu, hanya senyum dan tawa yang tercipta kala itu. Teman saya, wanita beragama Islam tersebut, baru memasuki kelasnya yang baru. Lalu dunia berkonspirasi, mempertemukan dia dengan seorang pria nasrani, yang membuat hatinya merasa nyaman. Pria yang tiba-tiba merasuk masuk dalam ingatan dan jengkal nafasnya.
Indah memang, cinta mengubah segala yang hita menjadi warna-warni. Tumpukan kebahagiaan semakin terasa sempurna, ketika perkenalan teman saya dan pria itu berlangsung ke tahap yang lebih dalam, lebih dekat.
Segalanya terasa manis, walaupun juga terasa asing. Rasa nyaman itu kini berangsur menjadi rasa takut kehilangan. Mereka berusaha untuk melindungi satu sama lain. Mungkin, ketika tasbih berada dalam genggaman teman saya dan ketika salib berada dalam genggaman pria itu; dengan air mata, mereka saling mendoakan.
Saya bisa rasakan kehangatan mereka. Sangat hangat. Sangat dekat. Saya iri, mengingat hubungan saya yang lebih dulu kandas termakan perpisahan. Saya dan pria masa lalu tersebut tidak sekuat dan setegar teman saya. Oh, jadi curhat. Sungguh, saya benci membahas masa tidak ingin saya ingat lagi. Teman saya dan mantan kekasihnya itu dulu berusaha mempertahankan walau berbeda. Perbedaan keyakinan bukan alasan untuk tidak saling jatuh cinta dan saling mempertahankan. Hingga pada suatu saat, ada seseorang yang menghakimi hubungan mereka sehingga pada akhirnya mereka berpisah.
Hey, mereka berbeda dari pasangan lainnya. Mereka bukan pasangan bermanja-manja yang mabuk kepayang akan cinta, saling bergelayut mesra dalam pelukan. Sampah. Pacaran model cinta monyet. Teman saya dan mantan kekasihnya sungguh berbeda, mereka punya kebahagiaan yang tak dimengerti banyak orang. Kebahagiaan yang belum tentu bisa dirasakan oleh banyak orang yang sibuk menghakimi hubungan mereka.
Apa yang membuat dua orang saling memperjuangkan jika bukan karena cinta? Dan, apakah hanya untuk bahagia, mereka perlu meninggalkan Tuhan dan menutup telinga terhadap perkataan orang?
Untuk teman saya yang belum berani saya sebutkan namanya
Kuatlah, teman...
Mereka yang diluar sana tak pernah tau apa yang kau rasakan
Mereka mencibirmu, memakimu, dan menghakimimu
Karena mereka tak pernah tahu... siapa dirimu sebenarnya.

Sabtu, 06 April 2013

Bukan Kisah Yang Penting.

Aku masih merasakan sesak yang sama. Aku tahu bahwa pada akhirnya aku akan sesedih ini, aku berusaha menghindari air mata sekuat yang aku bisa. Tapi, kau tahu, aku dalah wanita paling tidak kuat menahan kesedihan. Kamu mendengar cerita tentang pria itu kan? Aku selalu bercerita padamu tentang dia. Seberapa dalamnya perasaanku, seberapa kuat cinta makin menerkamku, dan seberapa hebat senyumnya bisa begitu meneguhkan langkahku.
Kamu tentu tahu seberapa dalam perasaanku padanya dan betapa aku takut perbedaan aku dan dia menjadi jurang. Aku tak pernah memikirkan perpisahan selama ini, tapi ternyata hal yang begitu tak ingin kupikirkan pada akhirnya terpaksa masuk otakku. Aku dan dia tak lagi seperti dulu. Sapaannya tak lagi sehangat dulu, senyumnya tak lagi semanis dulu, dan tawanya tak lagi serenyah dulu. Aku tak tahu perubahan macam apa yang membuat sosok pria itu begitu berbeda.
Dari semua sikapku, tak mungkin kau tak tahu tentang perasaanku padanya. Dari semua ceritaku, tak mungkin kau tak paham bahwa aku masih menyanyanginya. Aku memang terlalu banyak diam dan memendam, mungkin disitulah kesalahanku. Terlalu egois mengatakan dan terlalu takut mengungkapkan. Aku tak bisa menyalahkan siapa-siapa dan tak bisa mengkambinghitamkan siapapun. Bukankah dalam cinta tak pernah ada yang salah?
Mengetahui kenyaataan yang mencekam seperti itu, aku jadi malas tersenyum dan berbicara banyak tentang perasaanku pada orang lain. Aku malah semakin belajar untuk menutup rapat-rapat mulutku pada setiap perasaan yang minta diledakan lewat curhat-curhat kecil.
Siapapun kamu yang menggantikan aku, berbahagialah kamu bersama pria itu, pria yang selalu kubawa dalam setiap cerita-ceritaku. Pria yang bagiku terlalu tinggi untuk kugapai dan terlalu misterius untuk kumengerti jalan pikirannya. Jika nanti aku melihatmu dengan pria itu, aku akan berusaha meyakinkan diriku: bahwa aku juga harus ikut berbahagia melihatmu dengannya. Sejatinya, cinta adalah ikhlas melihat orang yang kucintai bahagia meskipun ia tak pernah menjadikanku pilihan satu-satunya.
Tenanglah, aku sudah mulai melupakanmu. Sudah ada seorang pria baru, yang tak begitu kucintai, tapi kehadirannya bisa sedikit mengundang senyum dibibirku. Aku tak tahu, apakah perasaanku pada pria baru itu adalah cinta. Aku tak berusaha memahami, apakah hubungan yang kami jalani saat ini adalah ketertarikan sesaat atau hanya sarana untuk menyembuhkan luka hatiku? Kami tertawa bersama, menghabiskan waktu berdua, tapi segalanya terasa biasa saja. Tak ada ledakan yang begitu menyenangkan ketika aku bertatap mata dengannya.
Pria yang kini sedang dekat denganmu, selalu berbentuk gumpalan bayang-bayang di otakku. Semakin aku berusaha melawan, semakin aku tak bisa menerima bahwa segalanya tak lagi sama. Aku tak ingin ingatanku dan perasaanku yang dulu begitu besar pada masa lalu menjadi penyiksa untuk pria baru yang ingin membahagiakanku kelak. Aku hanya berusaha mengerti yang terjadi dan berusaha pasrah dengan kenyataan yang memang harus ku ketahui. Aku tak ingin dibohongi oleh kesemuan yang membahagiakan, lebih baik kenyataan yang memuakan tapi penuh kejelasan.
Aku mohon, jagalah pria itu dengan susah payah, dengan sekuat tenagamu. Aku ingin kebahagiaannya terjamin olehmu. Aku ingin dia bahagia bersamamu. Di sini, aku tak bisa berbuat banyak, selain membantu dalam doa.
Aku tak sempat membuat dia tersenyum. Tolong, inilah permintaanku yang terakhir padamu yang nantinya menjadi kekasih pria itu, setelah ini aku tak akan mengganggumu: bahagiakanlah dia, buatlah dia terus tersenyum, dan biarkan saja dia tak tahu ada seseorang yang terluka diam-diam disini.

Minggu, 10 Maret 2013

Teruntuk Kamu.


Teruntuk kamu, mantanku, tangis, dan tawaku. "Masih ada doa yang mengalir, untuk kebahagiaan, tawa, dan kesehatanmu. Selalu!"


Rindumu dan rinduku tak lagi sama dan tak lagi saling menyapa. Aku dan kamu takkan mungkin bisa seperti dulu, semua berbeda, semua berubah. Aku dan kamu tak mungkin lagi menjadi kita, karena disana mungkin kau telah bersama pilihanmu.

Maaf, karena aku tak mampu memberi keindahan dalam hidupmu. Maaf, karena ku biarkan kamu memasuki hidupku. Harusnya ku akhiri segalanya, ketika ku biarkan kau memasuki hidupku. Jadi, takkan pernah ada kita dalam dongeng sebelum tidur ataupun sejarah yang tak dibukukan.


Biarkan saja angin bersenandung sendiri
Biarkan saja wajahmu menggantung dalam sunyi
Biarkan saja tawa renyahmu menghantui setiap hari
Itulah tanda
Bahwa aku membiarkan diriku
Untuk tetap merindukanmu
Hingga sekarang, masih ada doa yang mengaliri malam-malammu
Masih ada doa yang menghakimi kebahagiaanmu
Masih terucap lirih doaku, untuk menuntunmu pulang
Ke sini...
Pulanglah...
Aku merindukanmu...

Friday, eight - august - two thousand and twelve. Tempat gelap itu menjadi saksi, dua hati menjadi satu, melebur dalam perbedaan. Kamu pria yang sempat menjadi senja dan malamku, pria yang terkadang sempat menjadi teman begadangku, si mata sipit yang pernah menjelma menjadi tangis dan tawaku. 

Dari wanita  yang seringkali merindukanmu dan
diam-diam masih menginginkan kamu...kembali.

Dari wanita yang berjarak  1 tahun  denganmu, 
wanita yang masih saja rela dipermainkan kenangan.

Dari mantanmu yang kadangkala membasahi selimut
tidurnya dengan air mata yang jatuh untukmu.

Sabtu, 23 Februari 2013

Yang aku perjuangkan dengan susah payah, Yang kau abaikan dengan mudahnya.


Setiap orang pasti punya kisahnya masing-masing. Dalam kisahnya, ia harus berjuang, berdiam,menunggu dan berharap pun juga adalah bagian dari perjuangan. Berharap dan menunggu. Itulah yang selama ini kulakukan, sebagai wujud dari perasaanku yang entah mengapa masih ingin memperjuangkanmu dan berharap padamu.

Aku tahu, setiap malamku selalu kuisi dengan kenangan dan ingatan. Kenyataan yang harus kuterima, kau tak pernah ada disampingku, entah untuk menenangkan sedihku dan merangkul kesepianku. Dengan sikapmu yang acuh tak acuh dan tidak peka seperti itu, mengapa aku masih ingin memperjuangkanmu? Aku tak tahu, jadi jangan tanyakan padaku mengapa aku juga bisa mencintaimu dengan cinta yang tak benar-benar kupahami.

Ketika bayang-bayang wajahmu muncul di otakku, ada perasaan rindu yang tidak benar-benar aku ungkapkan. Rindu yang kudiamkan, terlalu sibuk dalam penantian hingga  berakhir pada air mata. Apakah kau tahu hal itu? Tenu tidak, kau tidak memedulikanku sedalam aku memedulikanmu. Tak ada cinta dimatamu, sedalam cinta yang kupunya hanya untukmu. Tapi, dengan kebutaan dan kebisuan yang ku punya, aku masih ingin mempertahankan "kita" yang sebenarnnya membuahkan sakit bagiku.

Kekhawatiranku, yang tak pernah kuceritakan padamu, tentu tak pernah kau pikirkan. Doaku yang kusebutkan tentu tak seperti doa yang selalu kamu ucapkan. Perbedaan ini sungguh membuatku seakan tak mengerti apa-apa. Ketakutanku membungkam segalanya. Apakah kamu pantas diperjuangkan sejauh ini? 

Aku ingin berhenti memperjuangkanmu. Aku lelah dihantui kabut hitam yang menodai pencarianku selama ini. Aku inginkan matahari, bukan mendung seperti ini.

Dimana kamu ketika aku inginkan kamu disini? Kemana larinnya kamu ketika aku berjuang untuk satu-satunya mahluk yang kupikir bisa memberiku kebahagiaan nyata? Seringkali kumaafkan ketidakhadiranmu, seringkali kumaklumi kesalahanmu, dan selalu kuberikan senyum terbaik ketika sesungguhnya aku ingin menangis.

Ini semua perjuanganku untuk mempertahankanmu, apakah sudah cukup menghilangkan ketidakpekaanmu? Inilah perjuangkanku, yang selama ini kau abaikan. Apakah hatimu sedikit tersentuh, hingga kau ingin datang dan membawaku pulang? 

Rabu, 06 Februari 2013

Don't you remember?

When will I see you again? You left with no goodbye, not a single word was said, no final kiss to seal any seams, I had no idea of the state we were in. I know I have a fickle heart and bitterness and a wandering eye, and a heaviness in my head, but don't you remember? Don't you remember? The reason you loved me before,Baby, please remember me once more,
 
When was the last time you thought of me? Or have you completely erased me from your memory? I often think about where I went wrong the more I do, the less I know but I know I have a fickle heart and bitterness and a wandering eye, and a heaviness in my head.

But don't you remember? Don't you remember? The reason you loved me before. Baby, please remember me once more. Gave you the space so you could breathe, I kept my distance so you would be free and hope that you find the missing piece to bring you back to me.
 
Why don't you remember? Don't you remember? The reason you loved me before. Baby, please remember me once more.
 
When will I see you again?

Rabu, 30 Januari 2013

NOTHING LIKE US


Lately I've been thinkin', thinkin' 'bout what we had
I know it was hard, it was all that we knew, yeah.
Have you been drinkin', to take all the pain away?
I wish that I could give you what you, deserve
'Cause nothing could ever, ever replace you
Nothing can make me feel like you do.
You know there's no one, I can relate to
And know we won't find a love that's so true.

There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together through the storm.
There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together.

I gave you everything, baby, everything I had to give
Girl, why would you push me away?
Lost in confusion, like an illusion
You know I'm used to making your day.
But that is the past now, we didn't last now
Guess that this is meant to be.
Tell me was it worth it? We were so perfect
But baby I just want you to see
There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together through the storm.
There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together.
There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together through the storm.
There's nothing like us, there's nothing like you and me
Together.

Jumat, 25 Januari 2013

Nothing’s gonna change my love for you..

If I had to live my life without you near me, the days would all be empty, the nights would seem so long with you I see forever oh, so clearly. I might have been in love before but it never felt this strong.

Our dreams are young and we both know. They’ll take us where we want to go. Hold me now, touch me now I don’t want to live without you.

Nothing’s gonna change my love for you, you oughta know by now how much I love you. One thing you can be sure of I’ll never ask for more than your love.
Nothing’s gonna change my love for you, you ought to know by now how much I love you. The world may change my whole life through but nothing’s gonna change my love for you.

If the road ahead is not so easy, our love will lead the way for us like a guiding star. I’ll be there for you if you should need me. You don’t have to change a thing. I love you just the way you are.

So come with me and share this view, I’ll help you see forever too. Hold me now, touch me now, I don’t want to live without you.

What will you do, when I'm gone?

If you put your cigarette down, You'll figure out the pain is self inflicted . Now you're addicted. To hating the love that I'm giving you. What will you do, when I'm gone? Do I have to go away to make you love me?

Will you put your cigarette down? So we can talk about how far we have drifted never predicted. Too late to fix everything we've been through. What will you do, when I'm gone?
I hate to see you cry but you're the reason why it's over. You brought this on yourself. You're screaming what the hell it's over. Don't know what you have till it's gone away.

When...

I love you but it's not so easy to make you here with me. I wanna touch and hold you forever but you're still in my dream and I can't stand to wait ‘till nite is coming to my life but I still have a time to break a silence. When you love someone, just be brave to say that you want him to be with you. When you hold your love, don't ever let it go or you will loose your chance to make your dreams come true...

I used to hide and watch you from a distance and I knew you realized. I was looking for a time to get closer at least to say... “hello” and I can't stand to wait your love is coming to my life. When you love someone, just be brave to say that you want him to be with you. When you hold your love, don't ever let it go or you will loose your chance yo make your dreams come true...

And I never thought that I'm so strong I stuck on you and wait so long but when love comes it can't be wrong don't ever give up just try and try to get what you want cause love will find the way....

When you love someone, just be brave to say that you want him to be with you. When you hold your love, don't ever let it go or you will loose your chance to make your dreams come true...

Jumat, 18 Januari 2013

Free sex - Pergaulan bebas ( PIDATO )

Hallo warga blogland.
Terima kasih saya ucapkan atas waktu dan kesempatannya untuk membaca ini. Pada kesempatan ini, saya hendak menyampaikan pidato mengenai kebebasan dalam pergaulan bebas.
Pergaulan bebas adalah wabah dalam pergaulan remaja dan kawula muda. Wabah sporadis yang tidak terkendali ini memberikan berbagai dampak negatif bagi masa depan bangsa Indonesia. Pergaulan bebas dapat dilakukan dengan sadar oleh para kaum muda atau hanya mengikuti trend saja.

Bagi mereka yang tidak mengetahui konsekuensi dari pergaulan bebas, berikut adalah beberapa point penting yang menjadi pertimbangan untuk tidak melakukan pergaulan bebas. Hal pertama yang mengenai pergaulan bebas adalah pihak perempuan adalah mahluk yang paling di rugikan dan dikorbankan.

Bagi anda kaum perempuan muda, pergaulan bebas cenderung mengarah ke seks bebas di bandingkan dengan penggunaan narkoba, pembangkangan dan sebagainya. Pertama-tama, sadarlah bahwa kamu tinggal di Indonesia yang diapit oleh negara-negara asia lainnya yang sarat dengan adat ketimuran. Mungkian kamu tidak menyadarinya saat ini, namun pikirkanlah di masa mendatang, apakah pasangan kamu nanti bisa menerima kamu apa adanya? Pernahkah kamu mendengar bahwa ‘pacar harus cantik sedangkan istri harus pantas’. Ketika kamu sudah terjebak dalam pergaulan bebas, seberapa pantaskah kamu bagi pasangan kamu kelak?.

Jika kamu berpikir bahwa kaum pria juga melakukannya. Kamu benar, mereka memang melakukannya namun mereka tidak menghormati kaum perempuan yang melakukannya dan memandang mereka sebelah mata. Tidak adil memang, namun hal tersebut adalah kenyataan yang harus kamu terima. Jadi kamu sebagai perempuan, pandai-pandailah menjaga diri.
Konsekuensi kedua dari pergaulan bebas adalah kamu tidak mungkin terbebas dari penyakit. Seberapa kamu yakin bahwa pasangan kamu jujur kepada kamu. Sedangkan bisa saja dia berbohong kepadamu tentang jumlah pasangan dan kebiasaan ia dalam mengkonsumsi narkoba.Mungkin saja pasangan kamu jujur namun apakah pasangannya selain kamu juga jujur. Dalam pergaulan bebas, sangatlah jelas bahwa nilai kepercayaan dan kejujuran sudah tercacah-cacah.

Penyakit yang diderita dari pergaulan bebas sangatlah variatif dari yang bisa di sembuhkan sampai dengan yang sulit bahkan sampai tidak dapat disembuhkan seperti AIDS, Herpes.kanker dan sebagainya. Penyakit umum yang menghinggapi para pelaku pergaulan bebas adalah Clamydia. Memang dampak yang diberikan tidak sehebat yang diberikan oleh HIV dan kanker namun penyakit oleh karena jamur ini sangatlah mengganggu dan tidak nyaman. Bayangkan jika kamu harus menahan gatal dan panas berhari-hari bahkan berminggu-minggu di area kelamin. Belum lagi dengan bau busuk yang menyertainya. Penyakit ini menyerang pria maupun wanita.

Bagi kamu kawula muda kaum pria, janganlah kamu berbangga hati dengan bebasnya kalian dari cirri-ciri fisik terlibat dalam pergaulan bebas seksual. Pernahkah terlintas di pikiran kamu bahwa kaum perempuan adalah kaum pembanding yang sangat hebat? Perhatikanlah sekitar kamu atau ketika kamu kecil, seberapa sering kamu mendengar kamu ataupun teman-teman kamu di bandingkan dengan yang lainnya. Tentu saja jika kamu terlibat dalam pergaulan bebas kemampuan kamu, bentuk dan segala macam teknik kamu akan diperbandingkan dengan pasangan-pasangan wanitamu yang lainnya. Jika performa kamu bagus, tentu saja kamu bisa merasa bangga. Kamu bisa saja menanyakannya langsung kepada pasangan kamu secara langsung. Lalu apakah kamu yakin bahwa ia mengatakan yang sesungguhnya? Mungkin juga ia berpura-pura hanya untuk mempertahankan kamu di sisinya untuk kegunaan yang lainnya. Bagaimana jika suatu hari kamu mengetahui bahwa pasangan kamu menyebarkan ketidakmampuan atau performa kamu yang sebenarnya bagi pasangan kamu tidaklah sehebat yang kamu pikir. Tentu saja kamu bisa langsung memaki dengan kata-kata kasar. Namun apakah hal itu akan mengubah harga diri kamu yang sudah terlanjur tegores dan mendapat reputasi yang kurang baik?

Jika hal itu belum cukup bagi kamu, pikirkanlah jika kamu sebagai laki-laki, yang secara umum akan menjadi ayah dari anak-anakmu, memiiliki anak perempuan. Apakah kamu akan memperbolehkan ia untuk melakukan apa yang kamu telah lakukan? Ataukah kamu akan menggunakan dalih pertobatan dalam melarang anak kamu ataukah kamu memilih untuk membohongi anakmu sendiri? Yang lebih parahnya lagi, bagaimana jika anak perempuanmu menjadi korban dari pergaulan bebas dan hidupnya menderita oleh karena penyakit ataupun pasangan yang semena-mena? Apakah kamu rela melihat penderitaan anak kamu. Sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga bukan. Pikirkanlah masa depan kamu sebelum kamu memutuskan untuk terjerumus dalam pergaulan bebas yang tidak bebas itu.

Bagi kamu yang sudah terjebak dalam pergaulan bebas, segeralah keluar dari lingkaran setan tersebut. Satu hal yang kamu dapat ketika kamu keluar dari pergaulan bebas adalah caci maki dan hinaan. Celaan dari teman ‘sebangsa’ kamu dan juga celaan dari mereka yang akhirnya mengetahui bahwa kamu bukannlah wanita atau laki-laki baik-baik. Biarkan saja, mereka berkata dan mencela, pikirkanlah masa depan kamu yang tersisa. Memang tidak mudah membangun kembali apa yang sudah rusak, akan tetapi ingatlah pepatah ‘lebih baik terlambat daripada tidak pernah sama sekali’. Mulailah mencari pertolongan professional dalam bidangnya jika kamu merasa sulit dan butuh bantuan. Jangan ragu untuk menatap masa depan. Walaupun terkesan klise, namun Jika kamu percaya akan Tuhan yang Maha Kuasa maka jika kamu memutuskan untuk berubah dan sungguh-sungguh menjalaninya, niscaya Tuhan akan membukakan jalan bagimu dan membukakan lembaran yang baru untukmu.
Sekian Pidatonya. Mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada salah kata. Semoga pidato ini bermanfaat bagi kalian semua. Terima kasih :)