MEMBACA boleh, MENGAPRESIASI boleh, COPY PASTE? Jangan merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi PLAGIAT! TOLONG HARGAI HAK CIPTA. Selamat membaca :)

Senin, 24 September 2012

Cinta ku, Cinta mu, Beda!

Saya hanya mampu menepuk bahunya berkali-kali dan hanya mampu mengucapkan kata ''sabar''. Matanya sudah bengkak, wajahnya tak lagi bersinar seperti saat ia baru datang untuk menceritakan segalanya kepada saya. Raut wajah itu menggambarkan luka yang tidak dapat lagi dibahasakan melalui frasa-frasa kata. Dan melalui ceritanya baru kali ini saya bisa merasakan, sakitnya mencintai hanya karena dibatasi oleh perbedaan.

Padahal, wanita ini punya alasan untuk selalu tersenyum dan bahagia. Wajahnya bagaikan pahatan sempurna jemari Tuhan,  percampuran darah Jawa dan Batak, zodiaknya Gemini, ia berasal dari keluarga yang sangat menyayanginya, menjadi anak pertama dari dua besaudara adalah cara Tuhan mengajarinya banyak hal, salah satunya - CINTA.

Berbagai peristiwa membuka matanya, sampai pada akhirnya ia bertemu seorang pria. Pria yang banyak mengajarinya banyak hal yang tak biasa. Pertemuan mereka tidak terencana, seakan-akan dunia sengaja berkonspirasi untuk menjebak mereka dalam sebuah ilusi nyata, lalu terciptalah pertemuan absurd. Sulit dijelaskan, bagaimana pertemuan nyata bisa mengubah cara pandang seseorang. Dan, ternyata tanpa mereka minta, jemari hangat cinta telah meremas hati mereka yang beku. Cinta dantang dengan tiba-tiba, seada-adanya... , begitu saja.

Cinta telah membuat jiwa mereka seakan-akan berada di Taman Firdaus, tapi kenyataannya hanya bisa membuat mereka seakan terusir dari keindahan dan kemegahan Taman Firdaus. Lagi dan lagi, karna perbedaan. Perbedaan macam apa yang bisa merenggut semua kebahagiaan seseorang?

Wanita ini memanggil Tuhan, menyebut nama Tuhan seperti biasa, sambil melipat tangan dan salib Yesus yang melingkar dilehernya seakan turut meremas segala kecemasan yang bergumul dalam hatinya. Pria ini sedang bersujud, mengajak Tuhan berbicara dengan bahasa yang berbeda, terjadi percakapan sederhana dengan bulir airmata. Segalanya berbeda, tapi cinta membuatnya menyatu. Segalanya tak mungkin disatukan, tapi cinta membuat dua orang berjuang untuk hal yang mustahil sekalipun.

Awalnya, mereka memang masih berproses untuk menerima dan menormalkan segalanya agar tak terlihat seperti masalah besar. Perbedaan diantara mereka seringkali dijadikann bahan candaan, juga kadang dijadikan bahan perenungan. 

''Menurut kamu hubungan kita ini akan berakhir manis apa enggak?" tanya wanita ini, dengan wajah penasaran dan tatapan minta diberi penjelasan.

Lama sekali pria ini berpikir. ia tak mau terlihat rapuh didepan orang yang ia cintai. ''Yakinlah berhasil. Karena pikiran kita akan menuntun pada keberhasilan itu.'' ucap pria ini mantap.

''Tapi dalam sejarah, karena keyakinan kita berbeda membuat hubungan ini tidak mudah.'' terdengar nada keraguan dari bibir sang wanita. ''Pasti ada yang terluka, padahal harusnya cinta membahagiakan.''

Bagi saya, mereka terlalu manis dan juga terlalu romantis. Dimata saya, mereka adalah sosok pasangan yang sangat kuat. Mereka berusaha membuktikan kepada dunia bahwa mereka hanya jatuh cinta, bukan berzinah layaknya ungkapan orang-orang yang sok ahli dalam bidang agama. Perjuangan mereka banyak menemukan kerikil dan tikungan tajam, airmata dan tawa bergantian menggores bibir. Dan, cinta... membuat mereka percaya, tak ada yang sia-sia jika mereka masih ingin berusaha.

Dalam canda, wanita ini sering menggoda sang pria. ''Kamu harus bisa masakin keluargaku babi rica. Enak lhooo! Kamu harus mencoba.''

''Kalau kamu ingin makan babi rica akan aku temani, tapi nggak akan aku memakan makanan itu.'' Seloroh pria itu dengan candaan yang tak kalah lucu. Dan mereka tertawa lepas. Masih bisa tertawa bahkan dalam kekhawatiran mereka.

Semua masih bercerita tentang bahagia, bahagia, dan bahagia. Mereka masih bisa menertawakan perbedaan yang terjadi di antara mereka. Mereka tak ingin mengungkit luka yang sebenarnya sudah perlahan-lahan tergores sejak mereka tahu perbedaan tak mudah untuk diperjuangkan.

Dan, apakah hanya untuk bahagia, mereka perlu meninggalkan Tuhan dan menutup telinga terhadap perkataan orang?



Kuat lah...
Mereka yang diluar sana tak pernah tahu apa yang kau rasakan
Mereka mencibirmu, memakimu, dan menghakimimu
Karena mereka tak pernah tahu..... siapa dirimu sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar