MEMBACA boleh, MENGAPRESIASI boleh, COPY PASTE? Jangan merendahkan dirimu sendiri dengan menjadi PLAGIAT! TOLONG HARGAI HAK CIPTA. Selamat membaca :)

Selasa, 25 September 2012

Sebulan Setelah Kepergianmu

28! SEBULAN SETELAH KEPERGIAN MU!

Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox di handphone-ku. Tak ada lagi sapamu sebelum tidur yang membuncah riuh ditelinga ku. Tak ada lagi genggaman tanganmu yang menguatkan setiap langkahku. Tak ada lagi pelukanmu yang meredam segala kecemasan. Tanpamu.... semua berbeda dan tak lagi sama.

Aku membuka mata dan beharap hari-hari ku berjalan seperti biasanya, walau tanpamu, walau tak ada kamu yang memenuhi hari-hari ku. Sering kali aku terbiasa melirik ke layar handphone-ku, namun tak ada lagi ucapan selamat pagi darimu dengan beberapa emote kiss yang memasok energiku. Pagi yang berbeda. Ada sesuatu yang hilang.

Lalu, aku menjalani semua aktivitasku, seperti biasa, kamu tentu tahu itu. Dulu, kamu memang selalu mengerti kegiatan dan rutinitasku. Namun, sekarang tak ada lagi yang berperan aktif dalam siang dan malamku. Tak ada lagi pesan singkat yang mengingatkan untuk menjaga pola makan ataupun menjaga kesehatan. Bukan masalah besar memang, aku mandiri dan sangat tahu hal-hal yang harusnya aku lakukan. Tapi... entah mengapa aku seperti merasa kehilangan, tanpa tahu apa yang telah hilang. Aku seperti mencari, tanpa tahu apa yang telah kutemukan.

Aku berbeda dan tidak lagi mengenal siapa diriku. Seseorang yang kukenal di dalam tubuhku kini menghilang secara magis setelah kepergianmu. Kamu merampas habis cinta yang kupunya, melarikannya ke suatu tempat yang sulit kujangkau. Entah dimana aku bisa menemukan diriku yang telah hilang itu. Entah bagaimana caranya mengembalikan sosok yang kukenal itu kedalam tubuhku. Aku kebingungan dan kehilangan arah.

Aku bisa berhenti memercayai cinta terlalu sering tenggelam dalam rasa frustasi seperti ini. Aku mungkin akan berhenti memercayai lawan jenis dan segala janji-janji tololnya. Siksaanmu terlalu besar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan semua rasa sakit yang telah kau sebabkan.

Bagaimana mungkin aku bisa menemukan seseorang sepertimu? Aku benci perpisahan. Entah mengapa dalam peristiwa itu harus ada yang terluka, semetara yang lainnya bisa saja bahagia ataupun tertawa. Kamu tertawa dan aku terluka. Kita seperti saling menyakiti, tanpa tahu apa yang patut dibenci. Kite seperti saling memendam dendam, tanpa tahu apa yang harus dipermasalahkan.

Aku menangis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar cinta. Kamu tertawa sekeras-keranya, sekencang-kencangnya, atas dasar...... entah harus ku sebut apa. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang terlampau rumit itu. Aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam sudah bisa melupakan ku. Bagaimana mungkin aku harus menyebut semua adalah wujud kesetiaan? Begitu sulitnya aku melupakanmu, dan dengan begitu mudahnya kamu melupakan ku dalam hitungan jam. Inikah caramu menyakiti seseorang yang tak pantas kau lukai.

Jam berganti hari, dan semua berputar.... tetap berotasi. Aku jalani hidupku, tentu saja tanpa kamu. Aku tak menyangka, begitu mudahnya kamu melupakan aku. Begitu gampangnya kamu melupakan semua yang telah terjadi. Aku hanya ingin tahu isi otakmu saja, apa kamu tak pernah memikirkan mendung yang semakin menghitam dihatiku? Atau..... mungkin saja kamu tak punya otak? Atau tak punya hati?

Tak banyak hal yang bisa ku lakukan, selain mengikhlaskan. Tak ada hal yang mampu ku perjuangkan, selain membiarkan mu pergi dan mencari penggantiku. Aku hanya bisa menikmati luka, hingga aku terbiasa dan akan menganggapnya tak ada. Kepergianmu yang tak beralasan, kehilagan yang begitu menyakitkan, telah menjadi candu yang ku nikmati sakitnya.

Aku mulai suka airmata yang seringkali jatuh untukmu. Aku mulai menikmati saat-saat nafasku sesak ketika mengingat mu. Aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang kau ciptakan selama ini.

Terimakasih.

Dengan luka seperti ini.

Dengan rasa sakit sedalam ini.

Aku jadi tambah sering menulis.

Lebih banyak dari biasanya.

Aku semakin percaya, bahwa Kahlil Gibran butuh rasa sakit agar ia bisa menulis banyak hal.

Sama seperti aku, butuh rasa sakit agar bisa lancar menulis..... terutama yang bercerita tentangmu.


miss 8612
with love
CikaSaviraAlrisphy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar